Perasaan Orang tua

Sore menjelang ashar. Waktu itu hari rabu. Beberapa menit sebelumnya saya baru saja mengikuti rapat pleno pertama di tempat kerja yang baru. Rapat Pleno Departemen Fisika. Agenda rapatnya pun berkaitan dengan saya dan 3 orang rekan yang baru saja diterima di sini. Perkenalan dengan Dosen Baru, ini agendanya. Dan betul-betul sesuai isinya, rapat pleno hanya membahas itu, kami ber empat berkenalan, dan ditambah perkenalan seorang mahasiswa magang dari prancis satu, dan setelah itu sudah, rapat selesai. Rapat pleno hanya 30 menitan saja. Singkat sekali. 🙂

Judul artikel ini sebenarnya ingin bercerita tentang kotak makanan ringan dari rapat itu. Kotak makanan ringan yang bagus, enak, namun bukan isi dan rasanya yang ingin saya bahas. Saya teringat dengan Bapak, ketika melihat kotak itu. Bapak dulu sering sekali pulang dari sekolah membawa makanan, entah makanan ringan atau besar. Baru saya sadari, bisa jadi itu adalah makanan yang beliau seharusnya makan di sekolah. Tetapi makanan itu ternyata dibawa pulang ke rumah. Bisa jadi itu adalah makanan yang beliau dapatkan sejak pagi hari, lalu beliau simpan dan bawa pulang, meskipun sore menjelang malam baru sampai di rumah. Ma syaa Allah…

Sama seperti itu, saya memandang kotak makanan itu dan seketika langsung ingat dengan Abduh dan Umminya di rumah. Sepertinya mereka suka dengan makanan ini. Sepertinya mereka gembira sekali kalau mencicipinya. Eh, ada kacang telur, wah pasti rebutan makannya sama abduh. Ih roti coklatnya, mmm ummi pasti senang ini.  Dan pikiran semacamnya. Sampai akhirnya makanan itu hanya saya minum airnya dan saya masukkan ke tas.

Mungkin demikian juga yang dulu Bapak rasakan ya?
Allah, ampuni dosa kedua orang tua saya, dan jadikan saya mampu berbakti kepada mereka.

Sekarang keduanya masih di kampung, di Tegal, sudah pensiun dan jauh dari kami. Pesan untuk pembaca yang bisa berbakti lebih kepada keduanya, lakukanlah, berikan yang terbaik untuk keduanya. Pengorbanan mereka tentu lebih besar daripada cerita sekotak makanan ringan ini. Maka balaslah dengan berbakti kepada keduanya.

 

sedikit kata
Lantai 3, gedung Departemen Fisika, Kampus Biru

 

Jika untuk karier dunia yang pasti akan berakhir, kita berjuang sekuat tenaga

Maka untuk kehidupan berikutnya yang kekal ABADI, tentu perjuangan kita harus berlipat-ganda

Atau sebenarnya kita tidak benar-benar yakin adanya surga dan neraka

Post a Comment

Your email is never published nor shared. Required fields are marked *

*
*